Ambarketawang
merupakan situs Kraton (Ambar Ketawang) yang merupakan
kediaman Sultan Hamengkubuwono I pada tahun 1755-1756. Secara umum terdapat
tiga komplek kekunoan (petilasan) yaitu bekas Kraton Ambarketawang, Kestalan
dan Kademangan. Melalui ekskavasi pada tahun 1981 terdapat dua golongan besar
penemuan yaitu temuan monumental (beteng, regol, denah bangunan I, bangunan II,
urung-urung dan gunungan) dan juga temuan non monumental (pecahan keramik
asing, pecahan keramik lokal, dan pecahan logam) seperti tercatat pada hasil
studi Dinas P dan K Propinsi DIY, Taman Geologi dan Peninggalan sejarah
Ambarketawang, 1981.
Di desa Ambarketawang inilah Sri Sultan Hamengkubuwono I beserta pengikutnya tinggal sambil menunggu selesainya pembangunan Kraton Ngayogyakarta. Maka setelah pembangunan Kraton tersebut selesai, dan sultan pindah ke Kraton yang baru, ambarketawang ditinggalkan, hanya dijaga oleh seorang Demang (dahulu). Situs bekas Kraton itu dianggap keramat, sehingga setiap kamis pahing diadakan tirakatan. Pada bulan Jawa Sapar diadakan upacara Saparan dengan acara pokok menyembelih bekakak, untuk memperingati arwah Ki Wirasuta.
Di desa Ambarketawang inilah Sri Sultan Hamengkubuwono I beserta pengikutnya tinggal sambil menunggu selesainya pembangunan Kraton Ngayogyakarta. Maka setelah pembangunan Kraton tersebut selesai, dan sultan pindah ke Kraton yang baru, ambarketawang ditinggalkan, hanya dijaga oleh seorang Demang (dahulu). Situs bekas Kraton itu dianggap keramat, sehingga setiap kamis pahing diadakan tirakatan. Pada bulan Jawa Sapar diadakan upacara Saparan dengan acara pokok menyembelih bekakak, untuk memperingati arwah Ki Wirasuta.
Potensi
cagar budaya yang ada di Ambarketawang meliputi bekas Kraton Ambarketawang yang
terdiri atas sisa tembok keliling dengan regol selatan, sisa tiga bangunan,
sisa urung-urung, segaran, dan keputran, kestalan berupa sisa tembok yang
menurut tradisi losan adalah sisa istal Kraton Ambarketawang, kademangan berupa
sisa tembok yang menurut tradisi lisan adalah sisa dinding rumah Demang yang
dahulu bertugas memelihara bekas Kraton ambarketawang, regol, sisa Gunung
Gamping serta tradisi upacara Saparan.
Saat Mataram
pecah menjadi Kasultanan (Yogyakarta) dan Kasunanan (Solo) pada tahun 1755,
Hamengku Buwono I membangun keraton pertamanya di Desa Ambarketawang, Kecamatan
Gamping, Sleman. Namun kini bangunan keraton di Ambarketawang itu nyaris tak
berbentuk lagi, dan hanya menyisakan puing-puing.
Bagian yang
masih tersisa hanya berupa sebagian dinding benteng di sisi barat, selatan dan
utara. Tembok yang terbuat dari batu merah yang dipasang melintang, setingi 3
meter dan tebal 50 cm. Tembok di sisi barat masih tersisa sepanjang 57,61
meter. Terdapat relief sayap burung, namun hanya tinggal sebagian saja.
Sedangkan di sisi selatan masih menyisakan dinding dengan ketebalan yang sama
sepanjang 20,20 meter. Sementara tembok yang membujur utara-selatan di sisi
timur, nyaris tak tersisa lagi.
Selain
dinding benteng, juga ditemukan sisa-sisa bangunan yang juga terbuat dari batu
bata. Seluruhnya terdapat tiga kelompok bangunan. Masing-masing di sisi barat
membujur utara-selatan sepanjang lebih kurang 8 meter, kemudian bangunan kedua
berukuran 6 x 1 meter terletak di sisi utara bangunan pertama. Bangunan ketiga
berbentuk huruf L dengan panjang 15 meter. Pada bangunan ketiga ini masih
ditemukan sisa-sisa lantai yang sudah tidak beraturan.
Juga
terdapat sisa bangunan kandang kuda atau kestalan, berupa dinding tembok yang
berjarak sekitar 100 meter dari komplek keraton. Sementara 180 meter arah barat
daya komplek keraton, juga didapati sisa-sisa bangunan kademangan.
Situs ini
dapat ditempuh melalui Jalan Raya Yogya-Wates ke arah barat. Setelah sampai di
perempatan setelah Rumah Makan Mbok Berek, berbelok ke kiri atau kea rah
selatan dan mengikuti papan penunjuk arah menuju lokasi.
LOKASI : Terletak di desa Ambarketawang,
Kec.Gamping,Kab.Sleman
FASILITAS :
- Sisa Gunung Gamping
- Beteng Lama Kraton
- Upacara Adat Bekakak (saparan)
- Regol
- Segaran
- Urung-urung
0 comments:
Post a Comment