Selain pesan kepada pengemudi becak,
Sultan menegaskan bahwa keberadaan becak di Yogyakarta lebih dari
sekadar alat transportasi. Becak memiliki filosofi kebudayaan Jogja.
"Tulisan pada selebor becak itu memiliki makna kebahagiaan, gemah ripah,
marem, dan raharja. Pandangan orang Jawa, ini filosofi menemukan
kebahagiaan dalam kekurangan. Dalam kebahagiaan, ada kekurangan,"
katanya.
Becak Jogja merupakan modal budaya. Ditegaskan, ketika di Jakarta becak
dihapuskan, HB IX dulu justru mempertahankan becak Jogja. Apa yang
tertulis pada selebor becak, menurut Sultan, mengandung makna prinsip
kedisiplinan. Sebab itu, moment apel besar becak jogja semestinya
dilanjutkan dalam keseharian, sehingga rekor MURI yang terukir menjadi
bermakna.
Pernyataan Sultan itulah yang akhirnya menggugah Jaya Suprana, sehingga
dia bertekad mengusulkan keberadaan becak di Yogyakarta sebagai warisan
budaya dunia. Menurutnya, Paris mengadopsi transportasi becak dari
Yogyakarta. Tapi apel sampai 1.000 becak hanya di Yogyakarta. Itu
artinya hanya becak jogja yang jumlahnya banyak dan masih eksis.
(jogja.tribunnews.com)
0 comments:
Post a Comment